Berilah maka Kamu akan Diberi (Lukas 6 : 38)
Bahan Diskusi (15 menit):
- Bagaimana gaya pengelolaan uang Anda untuk orang lain: ketat cenderung pelit atau longgar cenderung royal?
- Siapakah “si pelit” dan “si pemurah” di sekeliling Anda? Dapatkah Anda melihat bagaimana respon orang sekeliling terhadap mereka?
- Apakah definisi “kaya” menurut Anda?
- Mengapa orang dapat menjadi sangat pelit dan menjadi sangat royal?
Renungan Firman (15 menit):
Hampir tidak ada orang yang akan menolak jika diberikan kekayaan oleh TUHAN. Sebuah ungkapan warung kopi berkata, “Uang memang bukan segalanya, tapi segalanya butuh uang” – yang artinya: tanpa munafik, segala sesuatu di dunia ini sangat erat kaitannya dengan uang. Banyak uang, banyak relasi; banyak uang, banyak kesempatan; banyak uang, banyak kenikmatan hidup (traveling, berkendaraan, wisata, dsb). Dan biasanya untuk dapat memperoleh uang, seseorang harus bekerja dimana ia menukarkan waktu, skill dan tenaga-nya dengan sejumlah nominal gaji. Semakin ia berguna, semakin besar gaji yang diterimanya. Gaji inilah yang nanti dikelolanya untuk mencukupi segala kebutuhan hidup sehari-harinya.
Seorang teller bank berkata, “setiap hari kerjaan saya ngitungin duit orang, bahkan sampe bermilyar-milyar. Entah kapan ya saya punya uang sebanyak itu?” – artinya: rasa untuk memiliki sesuatu secara lebih dan meningkat adalah hal yang lumrah. Adalah manusiawi jika seseorang ingin menjadi maksimal, ber-progress menjadi lebih kompeten, lebih besar, lebih berkembang. Namun yang menjadi persoalan – layaknya orang ngelmu namun ujung-ujungnya menjadi gila karena mentalnya ga kuat – seringkali orang memang punya harapan untuk menjadi kaya, namun tidak diimbangi dengan langkah-langkah yang benar untuk mendapatkan kekayaan tersebut akhirnya ia menjadi’ orang halu’ – orang yang ingin kaya, tapi tidak mempersiapkan wadah kapasitas diri yang cukup untuk menerima kepercayaan dari TUHAN yang besar tersebut. Antara ia akhirnya menjadi konslet atau menerima takdir. “Ya udahlah, memang takdir gw jadi orang miskin. Tinggal jalani sampe mati”.
Kekayaan bukanlah tentang seberapa banyak Anda mengeruk, mengambil serta menimbun tapi tentang seberapa banyak Anda keluar, memberi dan membagikan kepada orang lain. Kekayaan adalah tentang mindset, tentang gaya hidup yang berjiwa elegan. Banyak orang yang hartanya berlimpah, tapi mindset-nya sangat kerdil. Semakin ia kaya, semakin ia perhitungan, semakin ia cinta akan hartanya dan semakin ia berat untuk memberi kepada orang lain. “Oi, gw punya begini banyak harta karena kerja keras, enak amat lu diem-diem doank dapat sumbangan dari gw” “Profit gw jualan beras ini paling cuma 500-1000 perak per kg, untuk bisa ngasih ke lu 100 ribu berarti gw harus jualan beras mnimal 100 kg. Itu bisa setengah harian gw kerja. Lu ngga ngapa-ngapain, dengan entengnya minta donasi. Ga mikir apa?”
Pertanyaan untuk Direnungkan (10 menit):
- Apa rahasia menjadi “kaya” menurut Firman TUHAN?
- Jika Anda pelajari, saat ini Anda termasuk kategori “kaya”? Atau sebaliknya, Anda terus menerus “miskin”?
- Apakah “kaya” atau “miskin” itu sebuah takdir? Atau lebih kepada ketidakmengertian kita tentang “gaya hidup memberi”?
- Mengencangkan ikat pinggang, hidup semakin lama semakin berhemat dan menahan diri dari segala kesenangan dunia – apakah ini cara terbaik menjadi kaya? Jika tidak, cara apakah yang lebih benar dan tepat?
Kesimpulan (20 menit):
Dalam sebuah seremoni wedding toast –kedua mempelai menuangkan wine ke dalam gelas tertinggi untuk kemudian meluber dan mengisi gelas-gelas lain di bawahnya hingga semua terisi penuh. Sesungguhnya begitu pulalah Lukas 6 : 38 menganalogikan tentang berkat TUHAN. Ketika Allah memberi, Ia tidak sekedar memberi cukup, pas-pasan atau bahkan kurang. Tidak, kran TUHAN adalah selalu luber: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yan digoncangkan dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Ia tidak akan berhenti tercurah selama masih ada gelas-gelas lainnya yang masih kosong.
Atau jika Anda mengamati ‘gelas kumur’ di dokter gigi, setiap kali air di dalamnya berkurang, maka secara otomatis, kran akan kembali mengisi. Tapi ketika gelas itu penuh, maka kran pun secara otomatis akan menutup. Untuk membuat kran tersebut tidak berhenti mengisi, maka isi dalam gelas tersebut harus selalu dikurangi. Disinilah konsep “kaya” ala TUHAN menjadi tampak jelas. Pertama, IA tidak pernah menahan-nahan berkatNya, bahkan diberikan-Nya luber. Kedua, untuk kita dibukakan kran berkat-Nya terus menerus, kita pun harus bisa meneruskan atau membagikan-nya kepada sekeliling kita. Begitu kran kita ke sesama berhenti dan kita menjadi gelas yang full sendirian, maka kran TUHAN pun akan berhenti.
Menjadi kaya adalah tentang bagaimana kita dapat dipercaya TUHAN untuk menyalurkan berkat-Nya kepada mereka yang dikirim TUHAN untuk kita layani dan beri berkat. Ketika seseorang berdoa kepada TUHAN meminta berkat dan tidak lama kita datang kesana dan memberi berkat karena ketaatan kita, maka orang tersebut akan memuji TUHAN dan kita pun akan bersyukur melihat cara TUHAN memakai kita, yang melalui keduanya, nama TUHAN dimuliakan.
Raja paling tajir bernama Salomo pernah menulis, “jangan bersusah payah untuk menjadi kaya, tinggalkan niatmu ini. Kalau engkau mengamat-amatinya, lenyaplah ia, karena tiba-tiba ia bersayap lalu terbang ke angkasa seperti rajawali (Amsal 23:4-5)”. Sebelumnya, Raja Daud berkata, “Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah – sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur (Mazmur 127:2)”. Pengalaman Salomo berkata, “Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan. Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum (Amsal 11:24-25). Musa pun berkata, “tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud untuk meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini (Ulangan 8:18)”. TUHAN tidak memberi kekayaan, tapi TUHAN memberi kekuatan untuk memperoleh kekayaan. Kekuatan yang didapat karena kita dicintai-Nya, kekuatan karena kita selalu menjadikan diri kita kosong di hadapanNya, segala berkat kepercayaan yang diberikan kepada kita selalu tersalurkan dan tercurah kepada pos-pos yang seharusnya.
Kita menjadi Bendahara-Nya TUHAN yang dipercaya, yang tidak menimbun kekayaan untuk kepentingan diri sendiri, melainkan untuk kepentingan Tuan-nya, agar Ia semakin dipermuliakan. Ya, biarlah Ia semakin bertambah dan kita semakin berkurang. Takaran kita memberi kepada orang lain, itu pulalah yang akan diukurkan kepada kita. Jika kita pelit terhadap sesama, maka Tuhan pun akan pelit kepada kita. Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan (Matius 5:7). Yuks, kita praktekkan gaya hidup ‘berilah maka kamu akan diberi’ dan biarlah kita menjadi saksi hidup bagaimana TUHAN membukakan pintu-pintu berkatNya bagi kita. Tuhan Yesus memberkati. Amin.