(Yes 43 : 1-7)

Setiap hari yang kita lalui pastilah memiliki berbagai macam kisah kehidupan didalamnya. Kisah-kisah itu akan tersimpan dalam memori otak kita. Dan seiring pula dengan bertambahnya usia dan berjalannya waktu, kisah-kisahnya sering kita munculkan kembali. Sayangnya, sering kali yang dimunculkan bukanlah kisah-kisah indah yang dapat membangun dan menguatkan untuk diri dan orang lain, sebaliknya kisah-kisah sedih, penuh luka dan kekecewaan yang diceritakan. Padahal semua kisah sedih tersebut tidak dapat diubah lagi menjadi kisah yang baru, sesuai dengan kehendak kita. Untuk apa kisah sedih diceritakan jika tak ada kegunaannya untuk menyemangati hari depan, akan lebih baik jika kisah indah penuh penguatan yang disampaikan. Bisa jadi semua sikap itu muncul dikarenakan kurangnya dalam melihat kasih Allah yang sesungguhnya selalu memberikan hal-hal yang baik untuk kehidupan kita.

Pada saat umat sedang berada dalam pembuangan di Babelonia, mereka merasa takut, sedih bingung akan hari depan mereka. Pengharapan seperti menjadi semakin jauh di hari lepas hari yang mereka jalani. Lalu mereka sepertinya membuka kisah-kisah masa lalu mereka di tanah perjanjian dengan memunculkan pertanyaan apakah itu bisa terulang kembali? Nabi diutus untuk menyampaikan kabar baik, agar umat tidak menjadi pesimis atas kehidupannya, masih ada Allah yang tetap sama dalam kasihNya. Karena mereka adalah tetap umat milikNya dan pilihanNya yang telah ditebus dari pembuangan di Mesir (1). Allah selalu menyertai mereka dalam semua kisah yang dihadapi (2).

Optimis menjadi bagian yang harus selalu ada dalam umatNya. Itu bisa terjadi ketika kita mengingat akan kisah-kisah Allah yang begitu baik dan selalu baik dalam setiap kehidupan. Maka semua yang ada, termasuk tantangan dan pergumulan tak membuat kita putus harapan dan menjadi jauh dari kasihNya. Tetaplah ada bersama dengan DIA yang selalu menyertai dalam semua kisah yang dihadapi dan yakin bahwa DIA juga sedang merenda kisah indah untuk hari esok.

Pdt. Elfriend P. Sitompul