( Wahyu 3:19-22 )

“Lihat , AKU berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suaraKu dan membukakan pintu, AKU akan masuk mendapatkannya dan AKU makan bersama-sama dengan dia, dan dia bersama-sama dengan AKU.”  (Why.3:20)

   Sering kali ayat di atas dipakai dalam pelayanan penginjilan untuk mereka yang belum percaya. Memang tidak salah, namun kurang tepat karena konteks ayat  ini ditujukan bagi jemaat, orang percaya khususnya gereja di Laodikia. Sebagaimana diketahui kota Laodikia terkenal sebagai pusat keuangan, penghasil karpet, pakaian, wol hitam dan pusat produksi obat mata yang terkenal. Kota ini makmur, termasuk secara finansial gereja Laodikia adalah kaya. Namun demikian ada persoalan di gereja tsb, yakni sikap puas diri terhadap kepemilikan dan kekayaan. Mereka menjadi sombong, dan seolah tidak memerlukan Tuhan lagi. Mereka tidak menyadari betapa buruk dirinya. Mereka kaya secara materi, tetapi sungguh-sungguh miskin secara rohani. Yang terburuk, Kristus ditempatkan di luar jemaat dan harus berusaha untuk masuk.

   Kristus mengetok pintu hati mereka supaya hikmat-Nya membarui pola pikir dan sikap hidup mereka. Kristus menilai mereka sudah suam-suam kuku, tidak panas ataupun dingin dalam kehidupan beriman. Mungkin jemaat ini giat, tetapi pelayanannya setengah hati, tidak antusias. Karena itu mereka diajak untuk menjalin persekutuan kasih bersama Kristus. Hanya di dalam Kristus tersedia kekayaan rohani yang memberi sukacita surgawi. Mata hati mereka akan terbuka untuk melihat kelemahan diri dan juga akan terbuka kepada berkat-berkat rohani. Memang tidak ada yang salah dengan kekayaan dan kepemilikan. Namun yang acap kali salah adalah cara kita mendapat, memberi makna dan mengelolanya. Bukankah seringkali hal duniawi menjadi yang utama dan menggeser posisi Kristus yang semestinya bertahta dalam kehidupan kita.

   Belajar dari kondisi jemaat di Laodikia, umat Tuhan mesti terbuka, jujur kepada Tuhan dan dengan rendah hati mematuhi diagnosis rohaninya. Tidak ada jemaat atau orang Kristen yang menyimpang terlalu parah sampai Tuhan tidak mungkin lagi memperbaruinya. Dia mengasihi umat-Nya, gereja-Nya. Mari kita bersedia untuk bertobat dan kembali kepada-Nya. Amin.

Pdt.Wahyu Hidayat, M.Si.

GKMI Brangkongan