Efesus 2:11-22
Pada bacaan ini Paulus mengingatkan kepada anggota Jemaat Efesus, mereka adalah orang-orang percaya kepada Yesus dari latar belakang bukan Yahudi. Dahulu, orang-orang Yahudi dan non-Yahudi, sulit untuk duduk bersama. Hal tersebut dikarenakan superioritas orang-orang Yahudi, yang memandang orang lain lebih rendah. Sulit sekali bagi mereka untuk dapat hidup bersama menjadi satu. Namun, oleh darah Kristus melalui pengorbanan-Nya di atas kayu salib, Paulus ingin menjelaskan tidak ada lagi orang Yahudi dan bukan Yahudi. Sebab semua tembok perseteruan yang ada di antara kita telah dihancurkan. Kesenjangan yang ada dan memisahkan kita telah dijembatani (ayat 14). Oleh darah Kristus melalui kematiannya di atas kayu salib, semua yang ada di dalam-Nya, telah didamaikan dengan Allah dan juga dengan sesama.
Gereja seharusnya ramah kepada semua orang. Hal yang perlu kita renungkan adalah, “Apakah kita sedang membangun jalan untuk memberitakan cinta kasih Tuhan atau kita sedang membangun tembok pemisah sehingga orang lain tidak suka dengan kita.”? Gereja tidak boleh ada golongan-golongan atau kelompok-kelompok. Suku apa yang paling baik? Tionghoa, Jawa, Sunda, Batak, Timor, Ambon. Tembok pemisah harus diruntuhkan, perbedaan suku tidak lagi jadi pemisah bagi gereja. Gereja harus terbuka kepada siapapun yang mau beribadah. Gereja harus bersikap ramah sehingga orang-orang yang beribadah di gereja merasa at home.
Gereja adalah tempat dimana persahabatan terjalin, hubungan diperkuat, dan kehidupan diubah. Kita dapat duduk bersama, bersanding dengan orang-orang dari berbagai latar belakang. Di dalam Kristus, kita dapat hidup berdampingan dalam anugerah damai sejahtera yang datang dari Allah (ayat 15). Semua tembok telah dihancurkan dan semua kesenjangan telah dijembatani. Tidak ada lagi permusuhan, perseteruan, dan kebencian. Tidak ada lagi akar pahit yang menyimpan kemarahan terhadap satu dengan yang lainnya. Semua dosa dan noda yang menyebabkan kita tidak bisa rukun damai dengan orang lain, sudah ditebus oleh darah Kristus.
Keharmonisan hubungan dengan Allah dan dengan sesama dapat dinikmati. Dapat intim dengan Tuhan Allah dan akrab dengan sesama. Hal ini dikarenakan anugerah Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus. Paulus menegaskan, “Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah.” (ayat 19).
Pdt. David Sarju Sucipto
GKMI Kalimalang