(Yudas 1 : 17-23)
Sepertinya kita bisa bersepakat bahwa untuk memulai itu lebihlah mudah dari pada mempertahankan. Termasuk dalam hal beriman yang mewujud dengan hadirnya gereja. Mengapa mempertahankan itu sulit? Banyak faktor yang bisa disebutkan seperti adanya rasa kejenuhan, selera yang berubah, jaman yang semakin kompleks dengan persoalan-persoalannya dan lainnya. Dari hal-hal tersebut maka komitmen dan konsistensi menjadi suatu hal yang harus diperjuangkan dan perlu diusahakan.
Surat Yudas paling tidak menunjukkan hal tersebut dalam kehidupan bergereja. Ia mengatakan kepada orang percaya untuk tidak kaget akan semua situasi yang datang (ayat 17-18). Akan banyak muncul “pengejek-pengejek” yang hadir. Pengejek disini dapat diartikan juga dengan orang-orang yang sudah mulai ragu dengan janji Allah sehingga mereka berpaling dari padaNya alias murtad. Dan mereka-mereka ini tidak berdiam diri, namun aktif untuk menyebarkan kebimbangannya kepada orang-orang lain termasuk orang percaya (19). Karena itu diingat melalui surat ini untuk kembali mengecek pondasi iman yang selama ini telah diimani apakah sudah tepat atau belum (20), serta selalu memelihara hidup (baca: refleksi diri) dalam kasih Allah (21). Hal itu membuat ada kegerakan untuk menolong mereka yang sedang akan terjebak dengan kebimbangan yang akan membuat mereka bisa masuk dalam penghakiman Allah (22-23).
Gereja ada dalam bahtera ditengah gelombang laut yang besar. Itulah kenyataan yang selalu ada dalam kehidupan bergereja. Dibutuhkan orang-orang yang didalamnya berkomitmen dan konsisten untuk terus menjalankan bahtera itu. Siapakah orang-orang itu? harusnya kitalah. Karena itu dibutuhkan pondasi iman yang kuat dengan berpautan selalu kepada DIA sang kepala gereja sehingga jaman tidak akan menggerus kehidupan gereja.
Bagaimana dengan GKMI Bandung?
Pdt. Elfriend P. Sitompul