Renungan Minggu, 4 September 2022
Galatia 6 : 2
“Dunia tipu-tipu” — judul lagu yang dinyanyikan oleh Yura Yunita. Lirik lagu ini bercerita tentang sebuah kenyataan bahwa dunia ini penuh dengan tipu-tipu dan berbagai macam turunan-nya. Namun syukur pada Tuhan bahwa kita memiliki orang-orang dekat, entah itu suami, istri, anak, teman dan lainnya — yang memampukan kita untuk menghadapi semua tipu-tipu yang ada itu. Kita teringat juga dengan lagu berjudul “Panggung Sandiwara”, lagu yang dinyanyikan oleh band Rock ternama di era 70-an yaitu ‘God Bless’, yang menurut sumber lain sebenarnya lagu itu pertama sekali dinyanyikan oleh ‘Duo Kribo’ (1978) yang menampilkan Achmad Albar dengan Ucok “AKA” Harahap. Syair-syair yang ada hendak menunjukkan bahwa dunia ini adalah penuh sandiwara yang di dalamnya ada peranan-peranan yang dimainkan.
Memang sebuah kenyataan bahwa di dunia ini ada begitu banyak hal-hal yang dimainkan, dan saking seringnya seseorang memainkan peranan-peranan itu, kemurnian akan hakekat diri menjadi hilang. Yang muncul adalah karakter-karakter ciptaan dari dunia panggung sandiwara serta tipu-tipu itu. Siapa penyumbang dari sikap demikian? Bisa jadi adalah keluarga kita. Keluarga yang selalu menekankan untuk berkompetisi dan bersaing. Parahnya kita diminta untuk berkompetisi dengan berbagai macam cara, semua yang di luar kita adalah saingan dan wajib sepertinya untuk dikalahkan tanpa kecuali.
Teks bacaan kita mengingatkan agar hidup itu bertolong-tolongan dalam menanggung beban khususnya dalam hukum Kristus (2). Dari ayat ini, Paulus, mengajak untuk saling bertolong-tolong dalam hidup bukan saling menjegal satu dengan lainnya, bukan merasa bisa dan paling bisa. Karena sikap sedemikian adalah penipuan (3). Dunia dengan segala isinya mari dilihat bukan hanya dengan hawa nafsu, tapi biarlah kita juga melihatnya dalam kehendak-kehendak DIA, yang di dalamnya ada unsur kasih dan mengasihi, terima dan menerima, tolong dan menolong serta lainnya. Menjadi maju dan besar itu baik namun kiranya itu bukan diperoleh dengan menindas yang lain, tapi sebaliknya ketika maju maka biarlah itu juga kesempatan untuk menaikan kehidupan orang lain juga.
Pdt. Elfriend P. Sitompul